COME ON JOIN

Powered By Blogger

Sabtu, 28 Desember 2013

FORMAT BISNIS RITEL



     Kata ritel berasal dari bahasa Prancis, retallier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Ritel juga merupakan perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produkproduk dan layanan penjualan kepada para konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga.
       Ritel juga melibatkan layanan jasa, seperti jasa layanan antar (delivery service) ke rumah-rumah.
Tidak semua ritel dilakukan di dalam toko. Contoh ritel yang dilakukan di luar toko (non-store)
antara lain penjualan album rekaman di Internet, penjualan langsung (direct sales) kosmetik
AVON, maupun penggunaan media lainnya seperti katalog atau daftar belanja. Kegiatan yang
dilakukan dalam bisnis ritel adalah menjual berbagai produk, jasa atau keduanya kepada
konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya dengan harga, tempat dan waktu yang diinginkan pelanggan. Ingat kiat sukses peritel. Coba pikirkan bahwa ritel sebagai kegiatan terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan produsen dan konsumen.

PRODUSEN → PEDAGANG BESAR →RITEL → KONSUMEN AKHIR

      Selama 20 tahun terakhir ini, telah banyak bermunculan format ritel-ritel baru. Konsumen saat ini dimungkinkan untuk membeli produk yang sama dari format ritel yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak mudah melakukan pengklasifikasian ritel, mengingat beberapa ritel dengan format yang berbeda ternyata menyediakan barang dengan jenis yang sama. Sebagai contoh, sebuah hypermarket menyediakan pula sejumlah produk fashion (busana) maupun elektronik. Di sisi lain terdapat beberapa tipe ritel baru yang dapat berdampingan dengan ritel tradisional.
      Ritel-ritel tersebut menawarkan keuntungan-keuntungan berbeda bagi konsumen sehingga konsumen menjadi tertarik untuk membeli pada ritel tersebut. Ritel sebelumnya hanya bertindak sebagai bisnis lokal yang dikelola dan dioperasikan oleh orang-orang yang menetap dalam komunitas yang sama dengan lokasi bisnis ritel. Namun saat ini fenomena tersebut sudah berubah. Berbagai ritel asing seperti Walt-Mart, Giant, dan Carrefour mulai menjadi perusahaan global yang mampu melakukan ekspansi pasar hingga ke berbagai negara di dunia.

Perbedaan yang Mendasar dan Terus Berkembang dalam Format Ritel

       Sejalan dengan munculnya beragam format ritel baru, saat ini konsumen dapat membeli barang yang sama dari sejumlah ritel berbeda. Contohnya hypermarket yang menekan keberadaan supermarket dalam format ritel barang dagangan kategori makanan di Indonesia. Masing-masing format ritel menargetkan segmen pasar yang berbeda dan yang menggambarkan tren atau kecenderungan terhadap keanekaragaman barang dagangan yang semakin meningkat. Supermarket (dengan luas area antara 1.500-3.000 meter persegi) dapat dikategorikan sebagai format utama, sedang format lain yang lebih kecil adalah minimarket seperti Alfa Minimarket. Ritel jenis ini biasanya berupa toko yang lebih kecil yang dibangun di lokasi pinggiran kota. Tiap jenis ritel menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa berlangganan pada ritel yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang berbeda.

Karakteristik Dasar Ritel

Karakteristik dasar ritel dapat dipergunakan sebagai dasar mengelompokkan jenis ritel.
Terdapat tiga karakteristik dasar yaitu:
a) Pengelompokkan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan
kebutuhan konsumen
b) Pengelompokkan berdasarkan sarana atau media yang digunakan
c) Pengelompokkan berdasarkan kepemilikan

A. PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN UNSUR-UNSUR YANG DIGUNAKAN RITEL UNTUK
MEMUASKAN KEBUTUHAN KONSUMEN

1. Jenis barang yang dijual
2. Perbedaan dan keanekaragaman barang yang dijual
3. Tingkat layanan konsumen
4. Harga barang

Berdasarkan unsur-unsur diatas, ritel dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Supermarket tradisional
Supermarket traditional melayani penjualan makanan, daging, serta produk produk makanan lainnya, serta melakukan pembatasan penjualan terhadap produk produk nonmakanan, seperti produk kesehatan, kecantikan, dan produk-produk umum lainnya. Sedangkan supermarket konvensional yang lebih luas yang juga menyediakan layanan antar, menjual roti dan kue-kue (bakery), bahan makanan mentah serta produk nonmakanan disebut sebagai superstore.

b. Big-box retailer
Lebih dari 25 tahun berikutnya, supermarket mulai berkembang dengan semakin memperluas ukuran dan mulai menjual berbagai produk luar negeri yang bervariasi. Pada format big-box retailer, terdapat beberapa jenis supermarket, yaitu supercenter, hypermarket, dan warehouse club.

Ø Supercenter adalah supermarket yang
Mempunyai luas lantai 3.000 sampai 10.000 meter persegi dengan variasi produk yang dijual, untuk makanan sebanyak 30-40% dan produk-produk nonmakanan sebanyak 60-70%. Supermarket jenis ini termasuk supermarket yang tumbuh dengan cepat. Persediaan yang dimiliki berkisar antara 12.000-20.000 item. Supermarket jenis ini memiliki kelebihan sebagai tempat belanja dalam satu atap (one stop shopping) sehingga banyak pengunjungnya yang datang dari tempat jauh.

Ø Hypermarket merupakan supermarket
Yang memiliki luas antara lebih dari 18.000 persegi dengn kombinasi produk makanan 60-70% dan produk-produk umum 30- 40%. Hypermarket merupakan salah satu betnuk supermarket yang memiliki persediaan lebih sedikit disbanding supercenter, yaitu lebih dari 25.000 itemb yang meliputi produk makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furniture, perlengkapan rumah tangga, computer, elektronik, dan sebagainya. Dengan demikikan hypermarket adalah took eceran yang mengombinasikan pasar swalayan dan pemberi diskon lini penuh.

Ø Warehouse merupakan ritel yang menjual
Produk makanan yang jenisnya terbatas dan produk-produk umum dengan layanan yang minim  pada tingkatb harga yang rendah terhadap konsumen akhir dan bisnis kecil. Ukurannya antara lebihdari 13.000 meter persegi dan lokasinya biasanya di luar kota. Pada jenis ritel ini, interior yang digunakan lebih sederhana. Produk yang dijual meliputi makanan dan produk umum biasa lainnya.

c. Convenience store
Convenience store memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas. Luas lantai ritel jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi dan bisanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dari berbagai produk kebutuhan sehari-hari yang perpurannya relative tinggi. Convenience store ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian dengan cepat tanpa harus mengeluarkan upaya yang besar dalam mencari produk-produk yang diinginkannya. Produk-produk yang dijual biasanya ditetapkan dengan harga yang lebih
tinggi daripada di supermarket.

d. General Merchandise retail
Ø Toko diskon
Ø Toko khusus
Ø Toko kategori
Ø Department store
Ø Off-price retailing
Ø Value retailing

B. PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN SARANA YANG DIGUNAKAN
1. Penjualan Melalui toko
2. Penjualan tidak melalui toko
Ø Ritel elektronik (toko online)
Ø Catalog dan pemasaran surat langsung
Ø Penjualan langsung
Ø Television homeshopping
Ø Vending machine retailing ------------------->

C. PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN KEPEMILIKAN
Ø Pendirian toko tunggal atau mandiri Jaringan perusahaan
Ø Waralaba

Peluang Ritel di Indonesia
     Indonesia kembali terbukti menjadi pasar empuk bagi peritel asing. Dalam laporan terbarunya, PricewaterhouseCoopers International Ltd (PWC) memprediksi, industri ritel dan konsumer di Asia Pasifik akan tumbuh rata-rata 6% selama 2011 hingga 2015. Angka ini menjadikan Asia Pasifik sebagai kawasan dengan tingkat pertumbuhan ritel tertinggi dibandingkan Amerika Serikat dan Eropa yang diperkirakan hanya tumbuh 1% pada periode sama. Di tahun 2015, PWC memperkirakan penjualan ritel di Asia Pasifik akan mencapai US$ 10,5 triliun, melesat 59% dari perkiraan penjualan ritel tahun ini sebesar US$ 6,6 triliun. Meksi berprospek cerah, krisis ekonomi global yang tak menentu berpotensi memperlambat laju ekspansi di Asia dalam waktu dekat.
      Meski begitu, pengusaha tidak perlu khawatir. Tantangan ini akan diimbangi dengan pertumbuhan kelas menengah dan kenaikan pendapatan di Asia. Alhasil, ini merupakan peluang besar bagi peritel. Adapun, tingkat pertumbuhan ritel di Indonesia berada di kisaran 4,5%-5% per tahun selama kurun waktu tahun 2012-2015. Menurut Ay Tjing Phan, Ketua Consumer and Industrial Products & Service PWC Indonesia, pertumbuhan ritel dan konsumer di Indonesia akan lebih kuat dari Jepang, Korea Selatan, dan Australia, walau tetap lebih rendah dari China.
      Meskipun perekonomian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis
ritel modern di Indonesia tidak terkendala bahkan masih menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal itu dikarenakan potensi pasar di Indonesia masih cukup besar dan menguatnya usaha kelas menengah dan kecil, telah menambah banyaknya kelompok masyarakat berpenghasilan menengah-atas yang memiliki gaya hidup belanja di ritel modern.