Kata ritel berasal dari bahasa Prancis, retallier, yang
berarti memotong atau memecah sesuatu. Usaha ritel atau eceran (retailing)
dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan
barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk
penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Ritel juga
merupakan perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan
penambahan nilai terhadap produkproduk dan layanan penjualan
kepada para konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun
keluarga.
Ritel juga melibatkan layanan jasa, seperti jasa layanan antar (delivery
service) ke rumah-rumah.
Tidak semua ritel dilakukan di dalam toko. Contoh ritel yang dilakukan
di luar toko (non-store)
antara lain penjualan album rekaman di Internet, penjualan langsung (direct
sales) kosmetik
AVON, maupun penggunaan media lainnya seperti katalog atau daftar
belanja. Kegiatan yang
dilakukan dalam bisnis ritel adalah menjual berbagai produk, jasa atau
keduanya kepada
konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari
kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya dengan harga, tempat dan waktu
yang diinginkan pelanggan. Ingat kiat sukses peritel. Coba pikirkan bahwa ritel
sebagai kegiatan terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan produsen
dan konsumen.
PRODUSEN → PEDAGANG BESAR →RITEL → KONSUMEN AKHIR
Selama 20 tahun terakhir ini, telah banyak bermunculan format
ritel-ritel baru. Konsumen saat ini dimungkinkan untuk membeli produk yang sama dari format ritel yang
berbeda, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak mudah melakukan pengklasifikasian
ritel, mengingat beberapa ritel dengan format yang berbeda ternyata menyediakan barang
dengan jenis yang sama. Sebagai contoh, sebuah hypermarket menyediakan pula sejumlah
produk fashion (busana) maupun elektronik. Di sisi lain terdapat beberapa tipe ritel
baru yang dapat berdampingan dengan ritel tradisional.
Ritel-ritel tersebut menawarkan keuntungan-keuntungan berbeda bagi
konsumen sehingga konsumen menjadi tertarik untuk membeli pada ritel tersebut. Ritel
sebelumnya hanya bertindak sebagai bisnis lokal yang dikelola dan dioperasikan oleh
orang-orang yang menetap dalam komunitas yang sama dengan lokasi bisnis ritel. Namun saat ini
fenomena tersebut sudah berubah. Berbagai ritel asing seperti Walt-Mart, Giant, dan
Carrefour mulai menjadi perusahaan global yang mampu melakukan ekspansi pasar hingga ke
berbagai negara di dunia.
Perbedaan yang Mendasar dan Terus
Berkembang dalam Format Ritel
Sejalan dengan munculnya beragam format ritel baru, saat ini konsumen
dapat membeli barang yang sama dari sejumlah ritel berbeda. Contohnya hypermarket
yang menekan keberadaan supermarket dalam format ritel barang dagangan kategori
makanan di Indonesia. Masing-masing format ritel menargetkan segmen pasar yang berbeda
dan yang menggambarkan tren atau kecenderungan terhadap keanekaragaman barang dagangan
yang semakin meningkat. Supermarket (dengan luas area antara
1.500-3.000 meter persegi) dapat dikategorikan sebagai format utama, sedang
format lain yang lebih kecil adalah minimarket seperti Alfa
Minimarket. Ritel jenis ini biasanya berupa toko yang lebih kecil yang dibangun
di lokasi pinggiran kota. Tiap jenis ritel menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa
berlangganan pada ritel yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang
berbeda.
Karakteristik Dasar Ritel
Karakteristik dasar ritel dapat dipergunakan sebagai dasar
mengelompokkan jenis ritel.
Terdapat tiga karakteristik dasar yaitu:
a) Pengelompokkan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk
memuaskan
kebutuhan konsumen
b) Pengelompokkan berdasarkan sarana atau media yang digunakan
c) Pengelompokkan berdasarkan kepemilikan
A. PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN UNSUR-UNSUR
YANG DIGUNAKAN RITEL UNTUK
MEMUASKAN KEBUTUHAN KONSUMEN
1. Jenis barang yang dijual
2. Perbedaan dan keanekaragaman barang yang dijual
3. Tingkat layanan konsumen
4. Harga barang
Berdasarkan unsur-unsur diatas, ritel dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Supermarket tradisional
Supermarket traditional melayani penjualan makanan,
daging, serta produk produk makanan lainnya, serta melakukan pembatasan
penjualan terhadap produk produk nonmakanan, seperti produk kesehatan,
kecantikan, dan produk-produk umum lainnya. Sedangkan supermarket konvensional
yang lebih luas yang juga menyediakan layanan antar, menjual roti dan kue-kue (bakery),
bahan makanan mentah serta produk nonmakanan disebut sebagai superstore.
b. Big-box retailer
Lebih dari 25 tahun berikutnya, supermarket mulai berkembang dengan
semakin memperluas ukuran dan mulai menjual berbagai produk luar negeri yang
bervariasi. Pada format big-box retailer, terdapat beberapa jenis
supermarket, yaitu supercenter, hypermarket, dan warehouse club.
Ø Supercenter adalah supermarket yang
Mempunyai luas lantai 3.000 sampai 10.000 meter persegi dengan variasi
produk yang dijual, untuk makanan sebanyak 30-40% dan produk-produk nonmakanan
sebanyak 60-70%. Supermarket jenis ini termasuk supermarket yang
tumbuh dengan cepat. Persediaan yang dimiliki berkisar antara 12.000-20.000
item. Supermarket jenis ini memiliki kelebihan sebagai tempat belanja
dalam satu atap (one stop shopping) sehingga banyak pengunjungnya
yang datang dari tempat jauh.
Ø Hypermarket merupakan supermarket
Yang memiliki luas antara lebih dari 18.000 persegi dengn kombinasi
produk makanan 60-70% dan produk-produk umum 30- 40%. Hypermarket merupakan
salah satu betnuk supermarket yang memiliki persediaan lebih sedikit disbanding
supercenter, yaitu lebih dari 25.000 itemb yang meliputi produk makanan,
perkakas (hardware), peralatan olahraga, furniture, perlengkapan rumah tangga,
computer, elektronik, dan sebagainya. Dengan demikikan hypermarket adalah
took eceran yang mengombinasikan pasar swalayan dan pemberi diskon lini penuh.
Ø Warehouse merupakan ritel yang menjual
Produk makanan yang jenisnya terbatas dan produk-produk umum dengan layanan
yang minim pada tingkatb harga yang rendah
terhadap konsumen akhir dan bisnis kecil. Ukurannya antara lebihdari 13.000
meter persegi dan lokasinya biasanya di luar kota. Pada jenis ritel ini,
interior yang digunakan lebih sederhana. Produk yang dijual meliputi makanan dan
produk umum biasa lainnya.
c. Convenience
store
Convenience store memiliki variasi dan jenis produk yang
terbatas. Luas lantai ritel jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi
dan bisanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini
terbatas dari berbagai produk kebutuhan sehari-hari yang perpurannya relative
tinggi. Convenience store ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan
pembelian dengan cepat tanpa harus mengeluarkan upaya yang besar dalam mencari
produk-produk yang diinginkannya. Produk-produk yang dijual biasanya ditetapkan
dengan harga yang lebih
tinggi daripada di supermarket.
d. General Merchandise retail
Ø Toko diskon
Ø Toko khusus
Ø Toko kategori
Ø Department store
Ø Off-price retailing
Ø Value retailing
B. PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN SARANA YANG
DIGUNAKAN
1. Penjualan Melalui toko
2. Penjualan tidak melalui toko
Ø Ritel elektronik (toko online)
Ø Catalog dan pemasaran surat langsung
Ø Penjualan langsung
Ø Television homeshopping
Ø Vending machine retailing
------------------->
C. PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN KEPEMILIKAN
Ø Pendirian toko tunggal atau mandiri
Jaringan perusahaan
Ø Waralaba
Peluang Ritel di Indonesia
Indonesia kembali terbukti menjadi pasar empuk bagi peritel asing.
Dalam laporan terbarunya, PricewaterhouseCoopers International Ltd (PWC) memprediksi, industri
ritel dan konsumer di Asia Pasifik akan tumbuh rata-rata 6% selama 2011 hingga 2015. Angka ini
menjadikan Asia Pasifik sebagai kawasan dengan tingkat pertumbuhan ritel tertinggi dibandingkan
Amerika Serikat dan Eropa yang diperkirakan hanya tumbuh 1% pada periode sama. Di tahun 2015, PWC memperkirakan penjualan ritel di Asia Pasifik akan
mencapai US$ 10,5 triliun, melesat 59% dari perkiraan penjualan ritel tahun ini sebesar US$ 6,6
triliun. Meksi berprospek cerah, krisis ekonomi global yang tak menentu berpotensi memperlambat laju
ekspansi di Asia dalam waktu dekat.
Meski begitu, pengusaha tidak perlu khawatir. Tantangan ini akan
diimbangi dengan pertumbuhan kelas menengah dan kenaikan pendapatan di Asia. Alhasil, ini merupakan
peluang besar bagi peritel. Adapun, tingkat pertumbuhan ritel di Indonesia berada di kisaran 4,5%-5% per
tahun selama kurun waktu tahun 2012-2015. Menurut Ay Tjing Phan, Ketua Consumer and Industrial
Products & Service PWC Indonesia, pertumbuhan ritel dan konsumer di Indonesia akan lebih kuat dari
Jepang, Korea Selatan, dan Australia, walau tetap lebih rendah dari China.
Meskipun perekonomian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis
ekonomi global, namun bisnis
ritel modern di Indonesia tidak terkendala bahkan masih menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan. Hal itu dikarenakan potensi pasar di Indonesia masih cukup besar dan
menguatnya usaha kelas menengah dan kecil, telah menambah banyaknya kelompok masyarakat
berpenghasilan menengah-atas yang memiliki gaya hidup belanja di ritel modern.
|