COME ON JOIN

Powered By Blogger

Sabtu, 28 Desember 2013

PELUANG DAN INOVASI



KREATIVITAS & INOVASI DALAM MENGELOLA PELUANG
(Antonius Tanan)
        Kreativitas seakan sebuah kecakapan fundamental yang bisa menjadi dasar dari banyak hal termasuk di dalamnya adalah peluang bisnis. Perjumpaan kreativitas dengan peluang menghasilkan padanan 2 kata yang perkasa yaitu penciptaan peluang. Dua kata ini memberikan harapan dan semangat bagi para entrepreneur sebab kalau peluang bisa tercipta maka bila kita memiliki daya cipta (kreativitas) dan paham bagaimana bisnis beroperasi secara mendalam maka peluang akan selalu dapat tercipta, tidak perlu dicari lagi sebab kalau hanya mencari bisa tidak ditemukan bukan? Penciptaan peluang adalah sebuah ciri utama Entrepreneurship CiputraWay, ini menjadi sebuah pembeda yang berhasil mendorong pertumbuhan dramatis bisnis-bisnis yang dilakukan oleh DR.Ir.Ciputra bersama kawan-kawannya maupun keluarganya.

      Apakah 3 kata kunci Peluang (Opportunity), Inovasi dan Resiko (Risk) mendapat dukungan dari para ahli dan peneliti entrepreneurship? Sangat menarik bila kita melihat laporan dari UNITED NATIONS CONFERENCE ON TRADE AND DEVELOPMENT dengan tema ENTREPRENEURSHIP AND ECONOMIC DEVELOPMENT: THE EMPRETEC SHOWCASE di Jenewa pada tanggal 5 Januari 2005. Pada halaman 4 terdapat sebuah catatan sebagai berikut: Indeed, three of the most frequently mentioned functional roles of entrepreneurs are associated with major schools of thought on
entrepreneurship:
· Risk seeking: the Cantillon or Knightian entrepreneur willing to take
the risk associated with uncertainty
· Innovativeness: the Schumpeterian entrepreneur accelerating the
generation, dissemination and application of innovative ideas
· Opportunity seeking: the Kiznerian entrepreneur perceiving and seizing new profit opportunities (OECD 1998: 11; Carree and Thurik 2002: 8)

Siapakah Pencipta Peluang itu?
Untuk memahami lebih mendalam apa itu Penciptaan Peluang kita perlu melihat peluang dari dua kondisi utama yang menentukan sejauh mana hal itu dapat kita raih, yaitu permintaan (demand) dan pasokan (supply). Perhatikanlah diagram dibawah ini.
Opportunity Recognition
Ketika peluang berhasil kita raih dalam situasi permintaan dan pasokan yang sudah jelas maka dapat kita namakan proses ini sebagai Opportunity Recognition. Dalam situasi ini kita tidak perlu menciptakan produk baru untuk pasar dan juga tidak perlu memusingkan pasar yang mana yang membutuhkan produk, baik produk atau pasarnya sudah terdefinisi dengan jelas. Sebagai contoh adalah apa yang biasa terjadi di dalam bisnis ritel. Seorang pedagang menemukan bahwa satu jenis barang dagangan tertentu ternyata sering sekali dicari pelanggan. Pedagang dengan jiwa entrepreneur akan mendeteksi Opportunity Recognition dan dengan segera akan menyediakan barang ini dengan jumlah yang cukup dan dengan ragam pilihan. Sang entrepreneur cukup dengan mendeteksi kebutuhan konsumen lalu mencari pasokan dan selanjutnya melakukan transaksi dengan konsumen. Inilah cara mendapatkan peluang yang paling mendasar namun tidak semua orang memiliki sensitifitas pasar yang memadai sehingga dapat mengenali peluang dengan jelas bahkan ketika peluang itu datang mengetuk. Ini adalah contohnya; 

Teman lama:”Halo, apa kabar sudah lama tidak bertemu, 2 bulan lagi kantor
tempat ku bekerja akan buka cabang di kota tempatmu sekarang. Apa
kamu ada ruang kantor atau mobil yang bisa kami sewa untuk
persiapan kami...?
Bukan entrepreneur:”Wah senang bertemu lagi kita, cuma maaf ya aku ngga
punya rumah atau mobil yang bisa disewakan..

Itu adalah jawaban seseorang yang tidak dapat melakukan Opportunity Recognition namun sebaliknya seseorang dengan jiwa entrepreneur akan menjawab: Entrepreneur:Wow senang sekali bisa bertemu lagi, tentang kebutuhan mobil dan rumah sewa aku minta waktu maksimum 2 hari ya untuk mendapatkannya..

Opportunity Seeking
Dalam situasi ini entrepreneur telah memiliki produk yang hendak ia pasarkan namun ia belum tahu siapa yang akan memerlukan produk ini, berapa harga yang dapat diterima dan bagaimana berkomunikasi secara efektif kepada prospek pengguna produk. Dalam Opportunity Seeking sang entrepreneur akan bertanya sebuah pertanyaan yang mendasar bagi keberhasilan sebuah produk yaitu: siapa, dimana dan berapa besar peluangnya. Peluang adalah kata kunci yang mendahului produk, bukan sebaliknya, jadi ketika kita mendapatkan produknya terlebih dahulu maka kita harus kembali ke pertanyaan utama tentang peluang sebelum membuat program pemasaran untuk produk tersebut. Sebagai contoh adalah Kiss Me Meter (Bad Breath Checker). Alat ini digunakan untuk mengukur sejauh mana bau mulut seseorang sehingga orang tsb boleh mencium orang lain.

Di Korea produk ini telah dikenal namun belum kita dapatkan dengan mudah di Indonesia. Apabila Anda menjadi importirnya maka sebagai seorang entrepreneur Anda harus melakukan opportunity seeking. Anda harus bertanya siapa, dimana dan berapa besar prospek pengguna Kiss Me Meter di Indonesia? Setelah mendapat jawabannya baru pikirkan strategi pemasarannya. Bila ini tidak dilakukan dan Anda hanya melakukan promosi besar-besaran melalui TV untuk menjual Kiss Me Meter, jangan-jangan Anda bisa dihujat para guru dan orang tua anak-anak di bangku sekolah.

Opportunity Discovery
Seorang entrepreneur melakukan Opportunity Discovery bila ia memulainya dengan kebutuhan pasar yang sangat nyata. Sebuah persoalan yang dialami manusia yang belum terselesaikan atau sebuah ketidakpuasan akut yang dihadapi pelanggan. Entrepreneur akan melihat permasalahan adalah peluang, kesulitan adalah kesempatan mereka akan terpicu untuk menemukan solusinya dan memasarkan solusi tersebut. Proses men “discover (menemukan dengan sengaja)” solusi tersebut adalah proses opportunity discovery. Sebagai contoh pada saat ini dibutuhkan obat kanker yang mujarab tapi murah, bahan bakar pengganti bensin, alat transportasi bebas polusi dan lain-lain. Produk-produk baru yang dihasilkan oleh para entrepreneur untuk mengatasi masalah di atas merupakan contoh opportunity discovery .

Opportunity Creating
Ini adalah tingkat tertinggi dari kreativitas seorang entrepreneur. Entrepreneur membangun sebuah bisnis bukan karena sudah ada permintaan pasarnya atau karena sebuah produk sudah hadir terlebih dahulu. Sang entrepreneur menemukan (atau tepatnya menciptakan) sesuatu yang Out Of The Box. Ia berhasil mengembangkan sebuah produk atau jasa yang blue ocean atau yang belum ada contohnya dan belum ada kesadaran dari manusia bahwa mereka membutuhkannya. Sebagai contoh adalah walkman yang diciptakan oleh Sony atau I-Pod dari Steve Jobs. Ako Norita mantan CEO of Sony memang pernah mengatakan “I do not serve markets. I create them”. Prinsip utama adalah imajinasi kreatif.
Kita tidak pernah membayangkan bahwa kita membutuhkan Microsoft Word, Google, Facebook atau Twitter bukan? Rasanya tidak ada yang datang kepada Bill Gates bahwa ia memiliki masalah dalam menggunakan mesin tik dan membutuhkan penyelesaian secara digital dan revolusioner. Namun inilah yang terjadi, sebuah produk yang tidak terpikirkan tiba-tiba datang dihadapan kita dan itu membuat kita jatuh cinta habis-habisan dan meninggalkan mesin tik yang sudah begitu lama kita gunakan. Sesuatu yang baru itu menggeser yang lama atau berhasil “memaksa” kita untuk menciptakan budget baru untuk memilikinya. 
Calculated Risk Taker (Pengambil Resiko Yang Terukur)
Ciri yang ketiga ini menunjukkan bahwa entrepreneur menunjukan keberaniannya dengan cerdas bukan asal tubruk. Terdapat 3 kegiatan yang menunjukan bahwa seorang entrepreneur sedang melakukan pengambilan resiko yang terukur. Pertama ia akan melakukan survei dan riset pasar untuk mengumpulkan informasi. Tujuannya adalah pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan pada sebuah proses bisnis dapat menjadi pokok awal yang menentukan. Perhatikan diagram ini:

 

Keberhasilan eksekusi lapangan tergantung pada kemampuan melakukan perencanan (business plan) dan perencanaan yang kita persiapakan tergantung pada keputusan-keputusan yang kita buat. Bahkan dalam saat pelaksanaan pun entrepreneur harus terus membat keputusan dan keputusan yang ia lakukan akan tepat bila ia memiliki informasi yang tepat dan cukup selain kemampuan ia sendiri mengolah informasi.Yang kedua adalah verifikasi asumsi, dalam membuat perencanaan akan terdapat asumsi-asumsi. Misalnya mengasumsikan bahwa daerah A pasti akan menerima produk baru kita, konsumen type B akan membeli lebih dari satu, lokasi C akan menciptakan banyak traffic pelanggan dan sebagainya. Seorang pengambil keputusan yang terukur akan melakukan verifikasi dengan kembali melakukan survey pasar. Memang pelanggan dan pasar adalah fokus perhatian utama entrepreneur dalam berkarya.
 Yang ketiga adalah membuat perencanaan yang merangkum semua informasi, mendeskripsikan tujuan, target, strategi dan pengelolaan sumber-sumber untuk mencapai sasaran. Inilah yang biasa kita sebut sebagai rencana bisnis atau business plan. Business Plan walaupun itu sebuah pekerjaan yang tampaknya “administratif” memiliki fungsi-fungsi penting antara lain:
· Memperlihatkan road map untuk mencapai tujuan
· Menunjukan adanya sebuah rencana yang komprehensif dan terstruktur
· Menunjukan adanya pengelolaan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai hasil.
· Memberikan informasi untuk evaluasi
Apakah yang dapat mengukur sejauh mana sebuah rencana bisnis telah siap untuk dipresentasikan dan dilaksanakan di lapangan? Berikut ini adalah 7 Pertanyaan dari Pak Ciputra:

Pertanyaan 1: Apakah Anda sangat passionate untuk jadi seorang Entrepreneur?  
Kalau anda inginberhasil dalam entrepreneurship anda harus memiliki keinginan yang sangat besar, semangat baja dan percaya diri untuk jadi entrepreneur. Tidak bisa iseng-iseng untuk jadi entrepreneur, motivasi iseng-iseng tidak cukup kuat untuk menghadapi tantangannya. Anda harus rela dan berani bekerja dengan jam yang panjang, mencoba hal yang baru, tetap berusaha walau ditolak dan diabaikan, mau belajar dari kegagalan dsb. 

Pertanyaan 2: Apakah Anda melihat sebuah kesempatan besar melayani pasar secara kreatif?
Kerap saya melihat banyak orang gagal dalam bisnis karena tidak melihat peluang secara kreatif. Mereka hanya meng copy keberhasilan orang lain tanpa menambahkan nilai-nilai kreatifitas kedalam produknya. Ada berapa banyak peluang itu sesungguhnya? Banyak sekali, tidak terhitung, masalahnya anda harus melihatnya dengan kaca mata kreatif. Berapa banyak peluang yang anda bisa lihat tergantung sejernih apa kaca mata kreativitas anda?

Pertanyaan 3: Apakah Anda memiliki sebuah produk inovatif yang ketika Anda tawarkan maka
prospek Anda tidak mampu mengatakan tidak?  
Sebuah produk inovatif memberikan nilai tambah yang paling maksimum sedemikian rupa hingga konsumen tidak mampu mengatakan tidak ketika anda menawarkannya. Oleh karena itu verifikasi asumsi-asumsi anda, lakukan uji pasar dan perbaharui terus ide anda sampai anda yakin pelanggan tidak sanggup mengatakan tidak ketika anda menawarkannya.
Pertanyaan 4: Apakah Anda memiliki kapasitas untuk memenangkan persaingan secara efektif?
Pasar yang kita hadapi adalah pasar bebas yang membuka pintu lebar-lebar kepada persaingan.Jangan pernah masuk ke sebuah pasar tanpa memperhitungkan apa yang sedang dan akan dilakukan oleh pesaing. Pastikan bahwa pelanggan akan memilih anda. Nasihat bisnis ini perlu anda pikir baikbaik:
Be better not behind, if you are not better be different.” Kalau belum “better” dan belum
“different” pekerjaan rumah anda belum selesai.
Pertanyaan 5: Apakah Anda tahu bagaimana menghasilkan produk atau jasa yang ingin Anda
pasarkan dengan cara yang paling efisien?
 Setelah anda memastikan bahwa pelanggan dapat anda capai dan bisa puaskan maka pihak selanjutnya yang anda harus puaskan adalah pemegang saham dan karyawan perusahaan. Mereka harus anda layani dengan marjin laba yang cukup untuk gaji dan dividen yang memuaskan. Oleh karena itu lakukanlah eksplorasi berbagai kemungkinan produksi yang termurah namun dengan kualitas yang terbaik.
Pertanyaan 6: Apakah Anda tahu bagaimana caranya mendanai keseluruhan usaha baru Anda
dengan biaya termurah serta resiko terendah sementara hasil terbaik tetap dapat Anda dapatkan?
Ada berbagai cara untuk mendanai sebuah usaha baru dan ada beragam besar resiko yang bisa terjadi. Anda bisa meminjam uang dari keluarga, teman, tetangga atau dari bank. Anda bisa mengajak teman jadi pemegang saham atau mengundang modal ventura untuk ikut memulai usaha.Setiap pilihan memiliki plus dan minus tersendiri, hasil akhir dan resiko yang berbeda. Oleh karena itu jangan hanya membuat sebuah model bisnis, kembangkan berbagai alternatif dan pilih yang terbaik.
Pertanyaan 7: Apakah Anda siap menghadapi tuntutan kerja keras, resiko gagal dan rugi?
 Tidak ada gading yang tak retak, tidak pernah ada rencana yang sempurna. Dari pengalaman saya perubahan dapat terjadi kapan saja oleh karena itu penyesuaian-penyesuaian harus tetap dilakukan. Walaupun demikian resiko gagal atau rugi ataupun resiko malu karena gagal tetap ada. Lakukan kalkulasi sebelumnya dan pastikan anda berani menghadapinya.