KREATIVITAS & INOVASI DALAM MENGELOLA PELUANG
(Antonius Tanan)
Kreativitas
seakan sebuah kecakapan fundamental yang bisa menjadi dasar dari banyak hal
termasuk di dalamnya
adalah peluang bisnis. Perjumpaan kreativitas dengan peluang menghasilkan
padanan 2 kata yang perkasa yaitu penciptaan peluang. Dua kata ini memberikan harapan dan semangat
bagi para
entrepreneur sebab kalau peluang bisa tercipta maka bila kita memiliki daya
cipta (kreativitas) dan paham
bagaimana bisnis beroperasi secara mendalam maka peluang akan selalu dapat
tercipta, tidak perlu
dicari lagi sebab kalau hanya mencari bisa tidak ditemukan bukan? Penciptaan
peluang adalah sebuah ciri utama Entrepreneurship CiputraWay, ini menjadi
sebuah pembeda
yang berhasil mendorong pertumbuhan dramatis bisnis-bisnis yang dilakukan oleh DR.Ir.Ciputra
bersama kawan-kawannya maupun keluarganya.
Apakah 3
kata kunci Peluang (Opportunity), Inovasi dan Resiko (Risk)
mendapat dukungan dari para ahli dan
peneliti entrepreneurship? Sangat menarik bila kita melihat laporan dari UNITED
NATIONS CONFERENCE
ON TRADE AND DEVELOPMENT dengan tema ENTREPRENEURSHIP AND ECONOMIC DEVELOPMENT:
THE EMPRETEC SHOWCASE di Jenewa pada tanggal 5 Januari 2005. Pada halaman 4 terdapat
sebuah catatan sebagai berikut: Indeed, three of the most frequently mentioned functional roles of entrepreneurs are associated with major schools of thought on
entrepreneurship:
· Risk seeking: the Cantillon or Knightian entrepreneur
willing to take
the risk associated with uncertainty
· Innovativeness: the Schumpeterian entrepreneur
accelerating the
generation, dissemination and application of innovative ideas
· Opportunity seeking: the Kiznerian entrepreneur perceiving and
seizing new profit opportunities (OECD 1998: 11; Carree and Thurik 2002: 8)
Siapakah Pencipta Peluang itu?
Untuk
memahami lebih mendalam apa itu Penciptaan Peluang kita perlu melihat peluang
dari dua kondisi
utama yang menentukan sejauh mana hal itu dapat kita raih, yaitu permintaan
(demand) dan pasokan
(supply). Perhatikanlah diagram dibawah ini.
Opportunity Recognition
Ketika
peluang berhasil kita raih dalam situasi permintaan dan pasokan yang sudah
jelas maka dapat kita
namakan proses ini sebagai Opportunity Recognition. Dalam situasi ini kita
tidak perlu menciptakan
produk baru untuk pasar dan juga tidak perlu memusingkan pasar yang mana yang membutuhkan
produk, baik produk atau pasarnya sudah terdefinisi dengan jelas. Sebagai
contoh adalah apa
yang biasa terjadi di dalam bisnis ritel. Seorang pedagang menemukan bahwa satu
jenis barang
dagangan tertentu ternyata sering sekali dicari pelanggan. Pedagang dengan jiwa entrepreneur
akan mendeteksi Opportunity Recognition dan dengan segera akan menyediakan barang ini
dengan jumlah yang cukup dan dengan ragam pilihan. Sang entrepreneur cukup
dengan mendeteksi
kebutuhan konsumen lalu mencari pasokan dan selanjutnya melakukan transaksi dengan
konsumen. Inilah cara mendapatkan peluang yang paling mendasar namun tidak
semua orang
memiliki sensitifitas pasar yang memadai sehingga dapat mengenali peluang
dengan jelas bahkan
ketika peluang itu datang mengetuk. Ini adalah contohnya;
Teman lama:”Halo,
apa kabar sudah lama tidak bertemu, 2 bulan lagi kantor
tempat ku bekerja akan buka cabang di kota tempatmu sekarang. Apa
kamu ada ruang kantor atau mobil yang bisa kami sewa untuk
persiapan kami...?”
Bukan
entrepreneur:”Wah senang bertemu lagi kita, cuma maaf ya aku ngga
punya rumah atau mobil yang bisa disewakan..”
Itu adalah
jawaban seseorang yang tidak dapat melakukan Opportunity Recognition namun
sebaliknya seseorang dengan jiwa entrepreneur akan menjawab: Entrepreneur:”Wow
senang sekali bisa bertemu lagi, tentang kebutuhan mobil dan rumah sewa aku minta waktu maksimum 2 hari ya untuk mendapatkannya..”
Opportunity Seeking
Dalam
situasi ini entrepreneur telah memiliki produk yang hendak ia pasarkan namun ia
belum tahu siapa yang
akan memerlukan produk ini, berapa harga yang dapat diterima dan bagaimana berkomunikasi
secara efektif kepada prospek pengguna produk. Dalam Opportunity Seeking sang entrepreneur
akan bertanya sebuah pertanyaan yang mendasar bagi keberhasilan sebuah produk yaitu: siapa,
dimana dan berapa besar peluangnya. Peluang adalah kata kunci yang
mendahului produk,
bukan sebaliknya, jadi ketika kita mendapatkan produknya terlebih dahulu maka
kita harus kembali ke
pertanyaan utama tentang peluang sebelum membuat program pemasaran untuk produk
tersebut. Sebagai contoh adalah Kiss Me Meter (Bad Breath Checker). Alat ini
digunakan untuk
mengukur sejauh mana bau mulut seseorang sehingga orang tsb boleh mencium orang
lain.
Di Korea
produk ini telah dikenal namun belum kita dapatkan dengan mudah di Indonesia. Apabila Anda
menjadi importirnya maka sebagai seorang entrepreneur Anda harus melakukan
opportunity seeking.
Anda harus bertanya siapa, dimana dan berapa besar prospek pengguna Kiss Me
Meter di Indonesia?
Setelah mendapat jawabannya baru pikirkan strategi pemasarannya. Bila ini tidak dilakukan
dan Anda hanya melakukan promosi besar-besaran melalui TV untuk menjual Kiss Me Meter,
jangan-jangan Anda bisa dihujat para guru dan orang tua anak-anak di bangku
sekolah.
Opportunity Discovery
Seorang
entrepreneur melakukan Opportunity Discovery bila ia memulainya dengan
kebutuhan pasar yang
sangat nyata. Sebuah persoalan yang dialami manusia yang belum terselesaikan
atau sebuah
ketidakpuasan akut yang dihadapi pelanggan. Entrepreneur akan melihat
permasalahan adalah peluang,
kesulitan adalah kesempatan mereka akan terpicu untuk menemukan solusinya dan memasarkan
solusi tersebut. Proses men “discover (menemukan dengan sengaja)” solusi
tersebut adalah
proses opportunity discovery. Sebagai contoh pada saat ini dibutuhkan obat
kanker yang mujarab
tapi murah, bahan bakar pengganti bensin, alat transportasi bebas polusi dan
lain-lain. Produk-produk
baru yang dihasilkan oleh para entrepreneur untuk mengatasi masalah di atas merupakan
contoh opportunity discovery .
Opportunity Creating
Ini adalah
tingkat tertinggi dari kreativitas seorang entrepreneur. Entrepreneur membangun
sebuah bisnis
bukan karena sudah ada permintaan pasarnya atau karena sebuah produk sudah
hadir terlebih
dahulu. Sang entrepreneur menemukan (atau tepatnya menciptakan) sesuatu yang
Out Of The Box. Ia
berhasil mengembangkan sebuah produk atau jasa yang blue ocean atau yang
belum ada contohnya
dan belum ada kesadaran dari manusia bahwa mereka membutuhkannya. Sebagai contoh
adalah walkman yang diciptakan oleh Sony atau I-Pod dari Steve Jobs. Ako Norita
mantan CEO of Sony
memang pernah mengatakan “I do not serve markets. I create them”. Prinsip utama adalah
imajinasi kreatif.
Kita tidak
pernah membayangkan bahwa kita membutuhkan Microsoft Word, Google, Facebook
atau Twitter
bukan? Rasanya tidak ada yang datang kepada Bill Gates bahwa ia memiliki
masalah dalam menggunakan
mesin tik dan membutuhkan penyelesaian secara digital dan revolusioner. Namun inilah yang
terjadi, sebuah produk yang tidak terpikirkan tiba-tiba datang dihadapan kita
dan itu membuat
kita jatuh cinta habis-habisan dan meninggalkan mesin tik yang sudah begitu
lama kita gunakan.
Sesuatu yang baru itu menggeser yang lama atau berhasil “memaksa” kita untuk menciptakan
budget baru untuk memilikinya.
Calculated Risk Taker (Pengambil Resiko Yang Terukur)
Ciri yang
ketiga ini menunjukkan bahwa entrepreneur menunjukan keberaniannya dengan
cerdas bukan asal
tubruk. Terdapat 3 kegiatan yang menunjukan bahwa seorang entrepreneur sedang melakukan
pengambilan resiko yang terukur. Pertama ia
akan melakukan survei dan riset pasar untuk mengumpulkan informasi.
Tujuannya adalah
pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan pada sebuah proses
bisnis dapat menjadi
pokok awal yang menentukan. Perhatikan diagram ini:
Keberhasilan eksekusi lapangan tergantung pada kemampuan melakukan perencanan (business plan) dan perencanaan yang kita persiapakan tergantung pada keputusan-keputusan yang kita buat. Bahkan dalam saat pelaksanaan pun entrepreneur harus terus membat keputusan dan keputusan yang ia lakukan akan tepat bila ia memiliki informasi yang tepat dan cukup selain kemampuan ia sendiri mengolah informasi.Yang kedua adalah verifikasi asumsi, dalam membuat perencanaan akan terdapat asumsi-asumsi. Misalnya mengasumsikan bahwa daerah A pasti akan menerima produk baru kita, konsumen type B akan membeli lebih dari satu, lokasi C akan menciptakan banyak traffic pelanggan dan sebagainya. Seorang pengambil keputusan yang terukur akan melakukan verifikasi dengan kembali melakukan survey pasar. Memang pelanggan dan pasar adalah fokus perhatian utama entrepreneur dalam berkarya.
Yang ketiga
adalah membuat perencanaan yang merangkum semua informasi, mendeskripsikan tujuan,
target, strategi dan pengelolaan sumber-sumber untuk mencapai sasaran. Inilah
yang biasa kita sebut
sebagai rencana bisnis atau business plan. Business Plan walaupun itu sebuah
pekerjaan yang
tampaknya “administratif” memiliki fungsi-fungsi penting antara lain:
· Memperlihatkan
road map untuk mencapai tujuan
· Menunjukan
adanya sebuah rencana yang komprehensif dan terstruktur
· Menunjukan
adanya pengelolaan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai hasil.
· Memberikan
informasi untuk evaluasi
Apakah yang
dapat mengukur sejauh mana sebuah rencana bisnis telah siap untuk
dipresentasikan dan
dilaksanakan di lapangan? Berikut ini adalah 7 Pertanyaan dari Pak Ciputra:
Pertanyaan 1: Apakah Anda sangat passionate untuk jadi seorang Entrepreneur?
Kalau anda inginberhasil dalam entrepreneurship anda harus memiliki keinginan yang sangat besar, semangat baja dan percaya diri untuk jadi entrepreneur. Tidak bisa iseng-iseng untuk jadi entrepreneur, motivasi iseng-iseng tidak cukup kuat untuk menghadapi tantangannya. Anda harus rela dan berani bekerja dengan jam yang panjang, mencoba hal yang baru, tetap berusaha walau ditolak dan diabaikan, mau belajar dari kegagalan dsb.
Pertanyaan 2: Apakah Anda melihat sebuah kesempatan besar melayani pasar secara kreatif?
Kerap saya
melihat banyak orang gagal dalam bisnis karena tidak melihat peluang secara
kreatif. Mereka
hanya meng copy keberhasilan orang lain tanpa menambahkan nilai-nilai
kreatifitas kedalam produknya.
Ada berapa banyak peluang itu sesungguhnya? Banyak sekali, tidak terhitung, masalahnya
anda harus melihatnya dengan kaca mata kreatif. Berapa banyak peluang yang anda bisa lihat
tergantung sejernih apa kaca mata kreativitas anda?
Pertanyaan 3: Apakah Anda memiliki sebuah produk inovatif yang ketika Anda tawarkan maka
prospek Anda tidak mampu mengatakan tidak?
Sebuah produk inovatif memberikan nilai tambah yang paling maksimum sedemikian rupa hingga konsumen tidak mampu mengatakan tidak ketika anda menawarkannya. Oleh karena itu verifikasi asumsi-asumsi anda, lakukan uji pasar dan perbaharui terus ide anda sampai anda yakin pelanggan tidak sanggup mengatakan tidak ketika anda menawarkannya.
Sebuah produk inovatif memberikan nilai tambah yang paling maksimum sedemikian rupa hingga konsumen tidak mampu mengatakan tidak ketika anda menawarkannya. Oleh karena itu verifikasi asumsi-asumsi anda, lakukan uji pasar dan perbaharui terus ide anda sampai anda yakin pelanggan tidak sanggup mengatakan tidak ketika anda menawarkannya.
Pertanyaan 4: Apakah Anda memiliki kapasitas untuk memenangkan
persaingan secara efektif?
Pasar yang
kita hadapi adalah pasar bebas yang membuka pintu lebar-lebar kepada
persaingan.Jangan
pernah masuk ke sebuah pasar tanpa memperhitungkan apa yang sedang dan akan
dilakukan oleh
pesaing. Pastikan bahwa pelanggan akan memilih anda. Nasihat bisnis ini perlu
anda pikir baikbaik:
”Be
better not behind, if you are not better be different.” Kalau belum “better”
dan belum
“different”
pekerjaan rumah anda belum selesai.
Pertanyaan 5: Apakah Anda tahu bagaimana menghasilkan produk atau jasa
yang ingin Anda
pasarkan dengan cara yang paling efisien?
Setelah anda memastikan bahwa pelanggan dapat anda capai dan bisa puaskan maka pihak selanjutnya yang anda harus puaskan adalah pemegang saham dan karyawan perusahaan. Mereka harus anda layani dengan marjin laba yang cukup untuk gaji dan dividen yang memuaskan. Oleh karena itu lakukanlah eksplorasi berbagai kemungkinan produksi yang termurah namun dengan kualitas yang terbaik.
Setelah anda memastikan bahwa pelanggan dapat anda capai dan bisa puaskan maka pihak selanjutnya yang anda harus puaskan adalah pemegang saham dan karyawan perusahaan. Mereka harus anda layani dengan marjin laba yang cukup untuk gaji dan dividen yang memuaskan. Oleh karena itu lakukanlah eksplorasi berbagai kemungkinan produksi yang termurah namun dengan kualitas yang terbaik.
Pertanyaan 6: Apakah Anda tahu bagaimana caranya mendanai keseluruhan
usaha baru Anda
dengan biaya termurah serta resiko terendah sementara hasil terbaik
tetap dapat Anda dapatkan?
Ada
berbagai cara untuk mendanai sebuah usaha baru dan ada beragam besar resiko
yang bisa terjadi.
Anda bisa meminjam uang dari keluarga, teman, tetangga atau dari bank. Anda
bisa mengajak
teman jadi pemegang saham atau mengundang modal ventura untuk ikut memulai
usaha.Setiap
pilihan memiliki plus dan minus tersendiri, hasil akhir dan resiko yang
berbeda. Oleh karena itu jangan
hanya membuat sebuah model bisnis, kembangkan berbagai alternatif dan pilih
yang terbaik.
Pertanyaan 7: Apakah Anda siap menghadapi tuntutan kerja keras, resiko
gagal dan rugi?
Tidak ada gading yang tak retak, tidak pernah ada rencana yang sempurna. Dari pengalaman saya perubahan dapat terjadi kapan saja oleh karena itu penyesuaian-penyesuaian harus tetap dilakukan. Walaupun demikian resiko gagal atau rugi ataupun resiko malu karena gagal tetap ada. Lakukan kalkulasi sebelumnya dan pastikan anda berani menghadapinya.
Tidak ada gading yang tak retak, tidak pernah ada rencana yang sempurna. Dari pengalaman saya perubahan dapat terjadi kapan saja oleh karena itu penyesuaian-penyesuaian harus tetap dilakukan. Walaupun demikian resiko gagal atau rugi ataupun resiko malu karena gagal tetap ada. Lakukan kalkulasi sebelumnya dan pastikan anda berani menghadapinya.