KEGAGALAN
PERTAMA MENJELANG MASUK SMP
Mendapatkan nilai diatas rata-rata adalah suatu
kebanggaan. Dan memasuki langkah awal menuju proses remaja adalah mimpi
dengan kelayakan seperti kebanyakan orang. Wali kelas telah memilihkan
Sekolah Menengah Pertama Negeri favorit untuk saya belajar selanjutnya.
Namun kenyataan berkata lain, orang tuaku tidak punya persiapan uang
pendaftaran sama sekali, bahkan untuk membeli perlengkapan sekolah wajib,
walaupun aku harus menangis darah sebenarnya ingin mengikuti
shabat-sahabatku yang nilainya dibawah saya masuk disana. Aku hanya pasrah,
kemudian orang tua menawarkan saya untuk bersekolah di sebuah SMP swasta
bernama SMP Islam Hidayatullah yang letaknya dalam perkampungan, sebuah SMP
yang baru berdiri dua tahun lamanya mengikuti jejak kakak kadungku. Walaupun
sekolahnya lumayan bagus bertingkat dua lantai aku kurang begitu suka
dengan segalanya, menurut anggapanku, aku sangat tidak cocok berada disana
teman-temannyapun bukan sekelas otak aku, dan ini adalah pemikiran yang
sangat jahat yang pernah ada pada kepalaku. Dengan biaya masuk yang sangat
amat minim karena nilai NEM ku dengan terpaksa aku terima untuk
membahagiakan orang tua. Benar-benar dugaan yang tak meleset. Selama tahun
ajaran yang berganti-ganti catur wulan dan semester aku selalu ditempatkan
sebagai predikat ranking pertama selama tiga tahun berturut-turut dengan
bea siswa tiap bulan. Menyatakan diri untuk tidak serius belajar dan sempat
untuk tidak belajar mengulang mata
Pelajaran sempat aku lakukan nyatanya tetap saja tak
membuat mereka menaiki predikatku dan membuat aku sering jenuh seolah tanpa
persaingan. Dengan hanya begitu saja orang tuaku bangga akan aku dan aku
ikuti tanpa taruhan, semangat yang tinggi serta gereget yang nyata. Masa
itu bapakku masih bekerja menjadi penjual jamu keliling yang tugasku
dirumah adalah mencuci botol-botol dan menumbuk rempah untuk membantu
mereka. Hal yang paling aku suka adalah membantu bapak jualan dan
dikerumuni anak-anak walau aku sering di ejek oleh teman-teman remajaku
yang nakal masa itu sebagai tukang jamu.
KEGAGALAN
KE 2 MENJELANG MASUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
Jika aku tahu manajemen bisnis saat ini telah menjadi
kebutuhanku tebanyak, tentunya aku terima saja masuk sekolah negeri yang
ditawarkan, masa itu tak ada ketertarikan untuk masuk jurusan itu. Namun
biarlah itu menjadi kebodohan lalu. Aku memilih jurusan tertinggi di SMK
swastaku yaitu akuntansi bukan karena jatuh cinta namun sudah jatah dan
kembali terpaksa. Aku ingin sekali menjadi seorang desainer baju, aku ingin
masuk ke sekokah impianku. Lagi-lagi karena biaya pendaftaran yang sangat
tidak mungkin apalagi prakteknya. Semua aku jalani dengan nilai-nilai baik
walaupun bukan yang terbaik dari 350 siswa siswi jurusan namun
diperhitungkan dalam kelasku. Di sinilah aku mulai merasakan tantangan
besar, kesempatan besar, cobaan terbesar dalam keluargaku. Tantangan
terbesar adalah dipertemukannya aku dengan banyak kalangan dan kelas dari
teman-temanku.
Untuk membantu biaya sekolah dan tetap bertahan di
sekolah aku membantu ibu untuk menjual donat dan gorengan di kelas, sempat
pula aku membuat jepit rambut dari tembaga dan aku jual pada teman-temanku.
Namun tetap saja aku adalah orang yang selalu paling terlambat membayar
uang sekolah bulanan, sampai-sampai di panggil ke kantor BP ( Badan
Penilik). Masih ku ingat untuk membayar uang pendaftaran ke SMK saja aku
harus melepas kalung emas nenekku satu satunya agar tetap bisa bersekolah. Terimakasih
untuk Almarhum nenekku.
Kesempatan terbesar adalah kursus gratis komputer yang
diberikan kepadaku oleh sekolah karena nilai pelajaran yang memuaskan, dan
aku mengejarnya. Kesempatan kedua adalah sebuah rasa kuatir yang luar bisa
saat-saat penentuan instansi On Job Trainning (OJT). Teman-temanku telah
kembali ke sekolah lagi dan menyelesaikan hingga proposal akhir. Namun tak
kunjung juga aku mendapatkan instansi untuk aku tempati kata pengurus
administrasi sekolah aku masih dalam pengajuan. Kesempatan akhirnyapun
datang, aku tak mengira akan ditempatkan di sebuah kantor besar, disanapun
aku bertemu dengan teman-teman lain jurusan, aku mulai memasuki dunia baru
yang harus aku jalankan selama dua bulan. Tak hanya teman satu sekolah
ternyata disana adalah pusat pengembangan pendidikan hingga aku mengenal
seorang teman satu kantor yang amat mahir dalam bidang komputer namanya
Ricky asal dari Jayapura. Darinya aku makin banyak mendalami program
microsoft office. Dan tugasku membantu kantor untuk mengetik Job sheets
untuk siswa siswi STM kotamadya malang. Jika selama ini di sekolah aku
hanya mengkalkulasi uang tanpa wujud, saat ini adalah menghadapi uang
puluhan juta untuk menggaji pegawai dari kuli dan pengrajin. Nama kantor
instasi tersebut adalah kantor Pusat Pengembangan dan Pendidikan Guru
Technologi (Vocational Education Development Center) dengan menejer-menejer
yang sangat baik hati. Tak itu juga mengenal para calon insinyur yang
akhirnya menjadi teman baik saya. Mereka sangat mempercayakan tugas unit
pada saya hingga akhirnya mereka menyuruh saya membantu mereka untuk
bekerja lembur di hari libur dengan gaji pengetikan per jam, padahal yang
saya tahu saat itu siswi Trainning tidak boleh menerima gaji, selain itu
mereka juga memberikan banyak sovenier dari luar negeri karena perusahaan
tersebut kerjasama Indonesian-Swiss. Instansi cabang yang aku tempati
adalah unit kerja kayu dimana banyak pengrajin kayu kemudian hasilnya di
ekspor ke Bali.
Masa OJT telah habis dan semua tugas telah aku
selesaikan dengan baik termasuk proposal. Guru komputer menyuruhku
mengambil ijasah tanpa kursus dengan mengikuti ujian bersama siswa siswi
dari SMK negeri dan bersyukur hasilnya terbaik. Kabar tak baik mengejutkan
keluarga. Tiba-tiba kakaku harus masuk buih dengan tuduhan penggelapan
perlengkapan mesin sepedah motor di tempat ia bekerja, kakaku satu satunya
yang kadang membantu ibu untuk membayar uang sekolah. Melihat ibu tiap saat
menangis hatiku serasa sesak juga saat itu bapak tidak jualan jamu lagi,
bapak bekerja sebagai sopir di usaha bahan bangunan dengan gaji yang cukup.
Akhirnya kami harus bersama bekerja keras, dan kakakku harus di buih empat
bulan dari kesalahan yang tidak pernah dia lakukan. Dan ini adalah jebakan
dari rekan kerjanya. Keanehanpun terjadi kakakku masuk anggota KAMRA
(keamanan rakyat) dengan keterangan kelakuan baik yang ,kejahatan takpernah
tercatat di kepolisian hingga akhirnya mendaftarkan diri menjadi anggota
kepolisian dengan ijasah yang dia bakar dihadapan para polisi. Kakakku tak
pernah menginginkan masuk di dalamnya, semua hanya drama yang ingin
dibuktikan bertapa puruknya ketahanan dan keamanan di wilayahnya.
KEGAGALAN
KE 3 SETELAH UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
Dua tahun, hanya dua tahun. Jarak kesempatanaku untuk
masuk STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Sebuah kebanggan yang aku
rasakan ketika menerima NEM dengan kepala 3 dan hanya 12 orang saja dari
350 siswa siswi jurusan. Sekolah memberikan kesempatan gratis untuk
mengikuti UMPTN. Aku lolos dengan 50 dari murid sekolah lain dan 6 temanku.
Untuk selanjutnya masih tetap sama. Tidak mampu kami untuk membayar semua
biaya awal kuliah. Aku berlari mendaftarkan diri mengikuti calo untuk
bekerja ke Hongkong dengan harapan 2 tahun kedepan masih berlaku. Akupun
tidak memperdulikan penawaran kerja dari tempatku OJT yang disampaikan
ibuku waktu itu karena mimpiku. Dua tahun sudah aku lewati dengan kesulitan
merantau bekerja pada orang.
Mendadak mendengar kabar ibuku sedang sakit parah dan
mau operasi sum-sum tulang belakang. Aku serahkan semua tabunganku untuk
ibuku, aku hanya ingin ibuku dan tak ingin yang lain, kedati sembuh ibupun
sulit berjalan normal karena syaraf kakinya rusak. Aku urung dengan
mimpiku. Aku bekerja kembali di Hongkong melupakan kertas-kertas yang selalu
bersamaku. Setidaknya masih ada kesempatan lain karena aku masih muda waktu
itu.
KEGAGALAN
KE 4 HILANG RUMAH HILANG USAHA
Lagi-lagi berita datang. Nenekku yangbelum sempat aku
membalas budinya dan sayangnya, meninggal dunia karena tumor diperutnya.
Disusul kemudian suaminya yaitu kakekku tersayang. Aku menangis dan
terpukul tak bisa melihat wajah terakhir mereka yang dulu sempat aku bilang
“Dampingi aku saat menikah nanti, serta lihat anak-anakku” hingga kinipun
usiakumasuk kepala 30an tak jua kumenikah.
Disusul berita berikutnya ternyata rumah selama 20 tahun kami
tempati tanahnya bukan milik kami, tapi milik orang lain yang di sewa
kakekku dengan perjanjian. Kedua orang tuaku tiba-tiba harus
menyerahkanrumah disaat aku berjuang di kontrak kerja baru. Melalui cerita
kakakku yang saat ituberjuang dengan keluarga barunya, mereka tinggal di
sebuah tempat bak kandang hewan. Aku tidak bisa membayangkan bertapa
menyedihkan.
Bapak menawarkan keinginannya untuk berdagang dan aku
mengirimkan tabunganku.sebesar keperluannya. Usaha puluhan juta itupun
gagal, tinggallah kendaraan pickup tertinggal dank u srankanuntuk dijual
digantidengan kendaraan roda dua dengan usaha baru yang sederhana.
Bersyukur usaha itupun bisa memenuhi kebutuhan mereka. Dan aku kontrakkan
mereka rumah baru beserta usahanya.
BANGKIT
5 KALI BERSAMA JAWABAN
Aku masih berjuang untuk bisa memiliki rumah buat mereka
dan mengumpulkan uang masa depan. Dalam perjuangan ini hal yang paling
membuat aku bersyukur adalah belajar banyak hal terutama pertemuanku dengan
Mandiri Sahabatku. Mendengarnya sudah lama, namun aku baru mengikuti pada
angkatan ke 3, yang didalamnya adalah orang-orang yang penuh semangat untuk
merubah nasib dan perbaikan diri. Tuhan akan meletakkan kesempatan pada
tempat-tempat dan waktu tak terduga. Aku tidak boleh membuat penyesalan
dalam hidup, kata ibuku orang yang merasakan sengsara adalah orang yang
paling kaya dalam cerita. Dimana merubah kegagalan menjadi kekuatan dan
semangat untuk sukses bersama orang-orang yang di sukseskan. Dan matahari
akan tetap menjadi mata di setiap kesempatan setelah gelap datang.
|