COME ON JOIN

Powered By Blogger

Sabtu, 16 November 2013

ESAI DIRI



RODA-RODA MATAHARI

Tumbuh menjadi seorang yang berfikiran idealis tidak mudah terjadi dengan cepat dan tiba-tiba kepada diri tiap-tiap orang. Waktu yang akan mengajaknya mengenal segala hal, berkorelasi dengan hukum alam dan hukum Tuhan. Begitupun yang terjadi dengan kehidupanku  yang menghadapi berbagai macam kisah, dari tawa, tangis, sedih, terluka, bahagia, marah, sabar, kejam dan lain sebagainya. Jika seseorang menyebutnya sebagai haru biru, saya akan menyebutnya haru pelangi, karena sungguh menorehkan warna yang bisa menghasilkan warna lain, ketika Tuhan memberinya. Bagi saya menulis adalah mengenang sejarah pahit manis, baik dan buruk. Mereka adalah cermin yang sangat luar biasa, dan dapat menjadikan kita lebih dewasa dalam berfikir, dan selamat bagi sejarah anda.
Banyak  kata yang tak bisa di ungkap habis, mengapa aku mencintai ibuku. Rasa syukur dalam setiap peristiwa yang dihadapi serta perjuangannya membuat tiap detik dalam lamunan itu selalu berakhir dengan perasan bening yang lahir dari dalam jatungku. Dimana aku sebagai anak berawal. Setiap aku mengeluh Ibu selalu mengobatiku dengan banyak kisah yang paling bawah dialaminya, sehingga aku tak pernah merasa sebagai seorang yang paling perih di dunia ini. oleh karenanya temanku selalu menjulukiku "Cheerful  girl" aku berusaha tidak pernah menangis dengan hidup, berusaha sebisa mungkin tertawa dan tersenyum dimata sahabat-sahabat.
Memang sulit untuk mengawali sebuah langkah membutuhkan full power untuk menjalaninya, tapi ketika semuanya ada di depan mata dan tak terasa kaki-kaki telah melampaui setapak ada yang mendorong dan memberi kekuatan dari dalam dada dan sekitar kita, kemudian munculah semangat yang tak terduga, dan penemuan jati diri telah terbuka. Hidup itu memang liar di penuhi hinar binar yang kadang melenakan dan akan membawa kita dalam sesuatu yang tidak menguntungkan dan lahirlah penyesalan. Mata ibuku telah kembali  bersama garis usia yang makin bertambah di kulit wajahnya, aku bilang pada bukuku, kalau tidak karena mata itu yang aku begitu menghargainya mungkin aku akan karam bersama bumi yang kelam dan tiada aku mampu kembali memutar waktu yang hanya berisi RUGI. Aku mengalami banyak kegagalan dalam memoir dan itulah sanubariku.

KEGAGALAN PERTAMA MENJELANG MASUK SMP

Mendapatkan nilai diatas rata-rata adalah suatu kebanggaan. Dan memasuki langkah awal menuju proses remaja adalah mimpi dengan kelayakan seperti kebanyakan orang. Wali kelas telah memilihkan Sekolah Menengah Pertama Negeri favorit untuk saya belajar selanjutnya. Namun kenyataan berkata lain, orang tuaku tidak punya persiapan uang pendaftaran sama sekali, bahkan untuk membeli perlengkapan sekolah wajib, walaupun aku harus menangis darah sebenarnya ingin mengikuti shabat-sahabatku yang nilainya dibawah saya masuk disana. Aku hanya pasrah, kemudian orang tua menawarkan saya untuk bersekolah di sebuah SMP swasta bernama SMP Islam Hidayatullah yang letaknya dalam perkampungan, sebuah SMP yang baru berdiri dua tahun lamanya mengikuti jejak kakak kadungku. Walaupun sekolahnya lumayan bagus bertingkat dua lantai aku kurang begitu suka dengan segalanya, menurut anggapanku, aku sangat tidak cocok berada disana teman-temannyapun bukan sekelas otak aku, dan ini adalah pemikiran yang sangat jahat yang pernah ada pada kepalaku. Dengan biaya masuk yang sangat amat minim karena nilai NEM ku dengan terpaksa aku terima untuk membahagiakan orang tua. Benar-benar dugaan yang tak meleset. Selama tahun ajaran yang berganti-ganti catur wulan dan semester aku selalu ditempatkan sebagai predikat ranking pertama selama tiga tahun berturut-turut dengan bea siswa tiap bulan. Menyatakan diri untuk tidak serius belajar dan sempat untuk tidak belajar mengulang mata
Pelajaran sempat aku lakukan nyatanya tetap saja tak membuat mereka menaiki predikatku dan membuat aku sering jenuh seolah tanpa persaingan. Dengan hanya begitu saja orang tuaku bangga akan aku dan aku ikuti tanpa taruhan, semangat yang tinggi serta gereget yang nyata. Masa itu bapakku masih bekerja menjadi penjual jamu keliling yang tugasku dirumah adalah mencuci botol-botol dan menumbuk rempah untuk membantu mereka. Hal yang paling aku suka adalah membantu bapak jualan dan dikerumuni anak-anak walau aku sering di ejek oleh teman-teman remajaku yang nakal masa itu sebagai tukang jamu.

KEGAGALAN KE 2 MENJELANG MASUK SEKOLAH MENENGAH ATAS

Jika aku tahu manajemen bisnis saat ini telah menjadi kebutuhanku tebanyak, tentunya aku terima saja masuk sekolah negeri yang ditawarkan, masa itu tak ada ketertarikan untuk masuk jurusan itu. Namun biarlah itu menjadi kebodohan lalu. Aku memilih jurusan tertinggi di SMK swastaku yaitu akuntansi bukan karena jatuh cinta namun sudah jatah dan kembali terpaksa. Aku ingin sekali menjadi seorang desainer baju, aku ingin masuk ke sekokah impianku. Lagi-lagi karena biaya pendaftaran yang sangat tidak mungkin apalagi prakteknya. Semua aku jalani dengan nilai-nilai baik walaupun bukan yang terbaik dari 350 siswa siswi jurusan namun diperhitungkan dalam kelasku. Di sinilah aku mulai merasakan tantangan besar, kesempatan besar, cobaan terbesar dalam keluargaku. Tantangan terbesar adalah dipertemukannya aku dengan banyak kalangan dan kelas dari teman-temanku.
Untuk membantu biaya sekolah dan tetap bertahan di sekolah aku membantu ibu untuk menjual donat dan gorengan di kelas, sempat pula aku membuat jepit rambut dari tembaga dan aku jual pada teman-temanku. Namun tetap saja aku adalah orang yang selalu paling terlambat membayar uang sekolah bulanan, sampai-sampai di panggil ke kantor BP ( Badan Penilik). Masih ku ingat untuk membayar uang pendaftaran ke SMK saja aku harus melepas kalung emas nenekku satu satunya agar tetap bisa bersekolah. Terimakasih untuk Almarhum nenekku

Kesempatan terbesar adalah kursus gratis komputer yang diberikan kepadaku oleh sekolah karena nilai pelajaran yang memuaskan, dan aku mengejarnya. Kesempatan kedua adalah sebuah rasa kuatir yang luar bisa saat-saat penentuan instansi On Job Trainning (OJT). Teman-temanku telah kembali ke sekolah lagi dan menyelesaikan hingga proposal akhir. Namun tak kunjung juga aku mendapatkan instansi untuk aku tempati kata pengurus administrasi sekolah aku masih dalam pengajuan. Kesempatan akhirnyapun datang, aku tak mengira akan ditempatkan di sebuah kantor besar, disanapun aku bertemu dengan teman-teman lain jurusan, aku mulai memasuki dunia baru yang harus aku jalankan selama dua bulan. Tak hanya teman satu sekolah ternyata disana adalah pusat pengembangan pendidikan hingga aku mengenal seorang teman satu kantor yang amat mahir dalam bidang komputer namanya Ricky asal dari Jayapura. Darinya aku makin banyak mendalami program microsoft office. Dan tugasku membantu kantor untuk mengetik Job sheets untuk siswa siswi STM kotamadya malang. Jika selama ini di sekolah aku hanya mengkalkulasi uang tanpa wujud, saat ini adalah menghadapi uang puluhan juta untuk menggaji pegawai dari kuli dan pengrajin. Nama kantor instasi tersebut adalah kantor Pusat Pengembangan dan Pendidikan Guru Technologi (Vocational Education Development Center) dengan menejer-menejer yang sangat baik hati. Tak itu juga mengenal para calon insinyur yang akhirnya menjadi teman baik saya. Mereka sangat mempercayakan tugas unit pada saya hingga akhirnya mereka menyuruh saya membantu mereka untuk bekerja lembur di hari libur dengan gaji pengetikan per jam, padahal yang saya tahu saat itu siswi Trainning tidak boleh menerima gaji, selain itu mereka juga memberikan banyak sovenier dari luar negeri karena perusahaan tersebut kerjasama Indonesian-Swiss. Instansi cabang yang aku tempati adalah unit kerja kayu dimana banyak pengrajin kayu kemudian hasilnya di ekspor ke Bali.
Masa OJT telah habis dan semua tugas telah aku selesaikan dengan baik termasuk proposal. Guru komputer menyuruhku mengambil ijasah tanpa kursus dengan mengikuti ujian bersama siswa siswi dari SMK negeri dan bersyukur hasilnya terbaik. Kabar tak baik mengejutkan keluarga. Tiba-tiba kakaku harus masuk buih dengan tuduhan penggelapan perlengkapan mesin sepedah motor di tempat ia bekerja, kakaku satu satunya yang kadang membantu ibu untuk membayar uang sekolah. Melihat ibu tiap saat menangis hatiku serasa sesak juga saat itu bapak tidak jualan jamu lagi, bapak bekerja sebagai sopir di usaha bahan bangunan dengan gaji yang cukup. Akhirnya kami harus bersama bekerja keras, dan kakakku harus di buih empat bulan dari kesalahan yang tidak pernah dia lakukan. Dan ini adalah jebakan dari rekan kerjanya. Keanehanpun terjadi kakakku masuk anggota KAMRA (keamanan rakyat) dengan keterangan kelakuan baik yang ,kejahatan takpernah tercatat di kepolisian hingga akhirnya mendaftarkan diri menjadi anggota kepolisian dengan ijasah yang dia bakar dihadapan para polisi. Kakakku tak pernah menginginkan masuk di dalamnya, semua hanya drama yang ingin dibuktikan bertapa puruknya ketahanan dan keamanan di wilayahnya.
KEGAGALAN KE 3 SETELAH UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
Dua tahun, hanya dua tahun. Jarak kesempatanaku untuk masuk STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Sebuah kebanggan yang aku rasakan ketika menerima NEM dengan kepala 3 dan hanya 12 orang saja dari 350 siswa siswi jurusan. Sekolah memberikan kesempatan gratis untuk mengikuti UMPTN. Aku lolos dengan 50 dari murid sekolah lain dan 6 temanku. Untuk selanjutnya masih tetap sama. Tidak mampu kami untuk membayar semua biaya awal kuliah. Aku berlari mendaftarkan diri mengikuti calo untuk bekerja ke Hongkong dengan harapan 2 tahun kedepan masih berlaku. Akupun tidak memperdulikan penawaran kerja dari tempatku OJT yang disampaikan ibuku waktu itu karena mimpiku. Dua tahun sudah aku lewati dengan kesulitan merantau bekerja pada orang.
Mendadak mendengar kabar ibuku sedang sakit parah dan mau operasi sum-sum tulang belakang. Aku serahkan semua tabunganku untuk ibuku, aku hanya ingin ibuku dan tak ingin yang lain, kedati sembuh ibupun sulit berjalan normal karena syaraf kakinya rusak. Aku urung dengan mimpiku. Aku bekerja kembali di Hongkong melupakan kertas-kertas yang selalu bersamaku. Setidaknya masih ada kesempatan lain karena aku masih muda waktu itu.

KEGAGALAN KE 4 HILANG RUMAH HILANG USAHA

Lagi-lagi berita datang. Nenekku yangbelum sempat aku membalas budinya dan sayangnya, meninggal dunia karena tumor diperutnya. Disusul kemudian suaminya yaitu kakekku tersayang. Aku menangis dan terpukul tak bisa melihat wajah terakhir mereka yang dulu sempat aku bilang “Dampingi aku saat menikah nanti, serta lihat anak-anakku” hingga kinipun usiakumasuk kepala 30an tak jua kumenikah.  Disusul berita berikutnya ternyata rumah selama 20 tahun kami tempati tanahnya bukan milik kami, tapi milik orang lain yang di sewa kakekku dengan perjanjian. Kedua orang tuaku tiba-tiba harus menyerahkanrumah disaat aku berjuang di kontrak kerja baru. Melalui cerita kakakku yang saat ituberjuang dengan keluarga barunya, mereka tinggal di sebuah tempat bak kandang hewan. Aku tidak bisa membayangkan bertapa menyedihkan.
Bapak menawarkan keinginannya untuk berdagang dan aku mengirimkan tabunganku.sebesar keperluannya. Usaha puluhan juta itupun gagal, tinggallah kendaraan pickup tertinggal dank u srankanuntuk dijual digantidengan kendaraan roda dua dengan usaha baru yang sederhana. Bersyukur usaha itupun bisa memenuhi kebutuhan mereka. Dan aku kontrakkan mereka rumah baru beserta usahanya. 

BANGKIT 5 KALI BERSAMA JAWABAN 

Aku masih berjuang untuk bisa memiliki rumah buat mereka dan mengumpulkan uang masa depan. Dalam perjuangan ini hal yang paling membuat aku bersyukur adalah belajar banyak hal terutama pertemuanku dengan Mandiri Sahabatku. Mendengarnya sudah lama, namun aku baru mengikuti pada angkatan ke 3, yang didalamnya adalah orang-orang yang penuh semangat untuk merubah nasib dan perbaikan diri. Tuhan akan meletakkan kesempatan pada tempat-tempat dan waktu tak terduga. Aku tidak boleh membuat penyesalan dalam hidup, kata ibuku orang yang merasakan sengsara adalah orang yang paling kaya dalam cerita. Dimana merubah kegagalan menjadi kekuatan dan semangat untuk sukses bersama orang-orang yang di sukseskan. Dan matahari akan tetap menjadi mata di setiap kesempatan setelah gelap datang.